Deltanusantara.com – Gempa megathrust sudah sejak lama menjadi perbincangan publik, bahwa menjadi perdebatan di sejumlah kalangan.
Namun kini, isu tersebut tanpaknya sudah terlihat dan dirasakan. Efek gempa megathrust disebut sudah dirasakan oleh para pelaku wisata.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lantas memberikan saran bagi para pelaku wisata untuk menghadapi ini.
Namun, beluk diketahui pasti kapan terjadinya megathrust. BMKG sudah menyatakan pula bahwa gempat itu tidak dapat ditebak atau diprediksi.
Baca Juga:
Diduga Langgar UU ASN Sebanyak 12 Orang Pegawai di Kabupaten Subang Terancam Diberhentikan
Keracunan Massal MBG di Bandung Barat Kembali Terjadi, Puluhan Siswa SMKN 1 Cihampelas Jadi Korban
Pemkab Ciamis Gelar Doa Bersama untuk Petani di Hari Tani Nasional 2025
Kapan dan seberapa besar gempanya. Tetapi, kita dapat bersiaga melalui mitigasi bencana yang harus terus disosialisasikan dan simulasi harus terus dilakukan.
“Saya ingin membagi upaya-upaya mitigasi ini. Yang pertama, bagaimana menyiapkan assessment.
Kawasan wisata dan para pengelola, dalam hal ini hotel, ataupun pengelola wisata lainnya, harus mampu memahami potensi bahaya.
Itu semu bisa saja melanda wilayahnya,” kata Suci Dewi Anugerah, kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pacific, BMKG dalam The Weekly Brief With Sandi Uno, dikutip Sabtu 21 Desember 2024.
Baca Juga:
Insiden Pendaratan di West Java Paragliding Championship 2025: Kompetisi Internasional di Sumedang
Wakil Bupati Sumedang Kunjungi Desa Cimarias Dukung Petani dan Tuntut CSR Perusahaan
Kritik Pedas Mantan Ketua HIPMI Hendra Ciho terhadap Sumedang Kreatif Festival
Mengetahui megathrust dan dampak bahayanya, ia mengatakan masyarakat juga harus bisa mengidentifikasi bagaimana tindakan evakuasi.
“Hotel yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami ini harus melakukan safety briefing sebelum pertemuan.
Sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat mereka tahu harus melakukan apa.
Upayakan juga pegawai hotel terlatih dan sering mengikuti sosialisasi dan simulasi rutin,” pintanya
Suci menegaskan bahwa gempa megathrust bukanlah sekadar isu, melainkan fakta dan memang sudah pernah terjadi di Indonesia.
Tidak hanya berdasarkan kajian, tetapi faktanya memang itu pernah terjadi. Jangan lupa tsunami Aceh 2004 yang kekuatannya lebih dari 9 magnitudo,”tuturnya.
“Jangan lupa juga tsunami Mentawai yang kekuatannya 7,9 tetapi membangkitkan tsunami yang sangat besar.
Tsunami Pangandaran 2006 ataupun tsunami Nias di 2005 itu adalah gempa tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi di wilayah megathrust.
Jadi ini semua adalah fakta yang tidak bisa kita elakkan,”tandasnya.***
Penulis : Gerry
Sumber Berita : BMKG